analisis novel belenggu
BAB
II
ANALISIS
FAKTA CERITA NOVEL
2.1 Plot
2.1.1
Rangkaian
Peristiwa
Rangkain
peristiwa merupakan gambaran umum mengenai apa yang dialami tokoh secara
berurutan. Rangkaian peristiwa dalam novel belenggu adalah ebagai berikut:
1) Dokter Sukartono pergi ke desa
Babakan untuk memeriksa pasien yang bernama nonya Eni. Berikut kutipannya.
Ketika
mobil berhenti disisi tangga, seorang yang berpakaian uniform berdiri disisi
mobil, sambil mengangguk.
Ini
nomor 45?”tanya Abdul, lalu keluar.
“benar,
nyonya Eni sudah menunggu”. (halaman 20)
2) Tono tidak begitu suka dulu dia
sekolah di kedokteran, tetapi dia lebih suka akan kesenian dan keindahan.
Berikut kutipannya.
Waktu
masih menuntut pelajaran di sekolah Geneeskundige Hooge School di Betawi,tiada
sedikit kawan-kawan dokter Sukartono yang memastikan, dia tiada akan sampai ke
ujian penghabisan. Dia tidak cakap jadi dokter, terlalu suka akan lagu, akan
seni: pikirannya terlalau banyak terlalai, (halaman 24)
3) Tono jalan-jalan ke Periok bersama
Nyonya Eni untuk menghabiskan malamnya.kemudian hari berikutnya Tono mencari
alamat Nyonya Eni yang baru karena Nyonya Eni telah berpindah dari hotel yang
sebelumnya ia tempati. Berikut kutipannya.
Nyonya
Eni berhenti di hadapan kamarnya, sambil hendak masuk dia menoleh katanya:
“alangkah sedapnya Turen ke Periok?”
“Ya,
benar,” pikir Sukartono, teringat akan waktu dahulu ketika dia masih sudent. (halaman 30)
4) Tono mulai mengangga bahwa rumah Yah
adalah rumah keduanya. Berikut kutipannya.
“janganlah
merengut. Janganlah susahkan pikiranmu: kalau datang kesini tanggalkanlah
pikiranmu. Di luar masih banyak yang mesti engkau pikirkan.”
“benar
Yah, kalau akau di sini, di rumahmu ini....”
“bukan,
rumah kita......”
“.....ya
rumah kita ini, aku tenang, hilang pikiranku, tapi entah timbul juga pikiranku
yang satu itu juga. Dimanakah engkau ku lihat dahulu?” dipegangnya muka Yah
dengan kedua belah tangannya. (halaman 37)
5) Tono mulai sadar bahwa Yah adalah
Rohayah kawannya dahulu. Berikut kutipannya:
“air
mata yang membendung hatiku telah mengalir...... tidakkah engkau ingat
Rohayah?”
Kartono
bangun berdiri karena herannya: “Rohayah, Rohayah!” katanya berulang-ulang
seolah-olah menghapalkan nama negeri, hendak mengingatkan barang apa yang sudah
dipelajarinya tentang negeri itu.
“engkau
Rohayah? Rohayah kawanku dahulu?” (halaman 51)
6) Puteri Aminah mengolok-olok Tini
perkara hubungan Tini dengan Sukartono.
Berikut kutipannya.
Puteri
Aminah berolok-olok:”Ah, rajin benar,” lalu Nyonya Rusdio dan Tini diberinya
salam, katanya tersenyum: “jangan terlalu rajin, Tini, nanti kartono marah.” (halaman 55)
7) Rumah tangga Tono dan Tini semakin
tidak harmonis. Berikut kutipannya.
Kata
orang dahulu mereka sepasang, sejodoh benar-benar, serasa. Kata, kata orang!
Kata orang juga tiada benar, asal berkata saja, melihat diluarnya saja. (halaman 71)
8) Tono kecewa karena pasiennya tidak
berhasil ia tolong dan pasiennya itu meninggal dunia. Berikut ktipannya.
Kepala
Tono tunduk, terkulai, badannya tiada bergaya, sebagai anak tunduk di hadapan
bapaknya, yang lagi marah. Lengan kemejanya tergulung, tangannya seolah-olah
patah disisi badannya. Matanya memandang-mandang, mulanya ke lantai.... asal
saja jangan melihat badan kecil yang tiada lagi berjiwa di atas tempat tidur
anak-anak, pikirannuya serasa-rasa hendak menutup telinganya jangan mendengar
tangis ibu yang masih muda, menelungkup di atas tubuh yang telentang itu. (halaman 76)
9) Tono hendak pergi padahal Tini
istrinya sedang memainkan piano dan menyanyikan lagu Beethoven. Berikut
kutipannya.
Kemudian
dia senang dapat kesempatan pergi. Dia ditelefon diminta datang, ada orang
sakit. Sehabis menerima telefon itu dia menghampiri nyonya Sumarjo, hendak
minta diri. “memang menjadi dokter tidak enak,” katanya menyindir, seolah-olah
menyambung percakapan tadinya, “lagi enak-enak dengar mainan istri sendiri
terpaksa pergi.”
(halaman 93)
10) Tono memberikan izin kepada Hartono
untuk menumpang dirumahnya. Berikut penggalan ceritanya.
Karena
itu dengan girang disambutnya tawaran Mardani, untuk memberi Hartono menumpang
dulu dirumahnya. (halaman
103)
11) Tini bertemu dengan Hartono cinta
lamanya yang Tini anggap sudah mati. Berikut penggalan ceritanya.
Tini
masuk...... sudah ditengah-tengah ruang tengah, diapun terkejut terpandang
kepada orang yang duduk mengerjakapkan mata itu. Dada Tini turun naik dengan
keras, badannya seolah-olah hendak jatuh, dipegangnya sandaran kerosi meja
makan dengan dua belah tangannya, kemudian ditekannya, sebagai hendak mencari
sandaran pada hatinya dia tunduk, mengamat-amati orang yang duduk itu,
sebagai..... angan-angan, bayang-bayang orang dalam angan-angan. Sekejap
kemudian, dia memalingkan mata, lalau dipupusnya keningnya sebagai hendak
menghapuskan pikiran yang mengganggu, dipandangnya lagi, masih ada juga.
Dihampirinya beberapa langkah.
“Har!”
katanyya dengan suara tertahan-tahan, bercampur beberapa perasaan dan pikiran.
“mengapa........”
“Har!”
katanya pula dengan mendesak, “mengapa engkau, mengapa!” (halaman 117-118)
12) Tono dinasihati oleh Mangunsucipto
pamannya Tini. Berikut penggalan ceritanya.
Mangunsucipto
menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil melihat Tono dari atas matanya. “Engkau
tersesat, Tono, engkau salah jalan oleh perempuan lain.” (halaman 135)
13) Tini mulai mencari dan menghmpiri
Yah untuk mencari tahu kebenaran tentang cerita cinta segi tiga antara Tono,
Tini, dan Yah. Berikut penggalan ceritanya.
Ah,
siapa ini, pikir Yah, ketika melihat mobil berhenti di pekarangan rumahnya.
Yang mengendarakannya perempuan;
Yah
sudah hampir sampai padanya, sambil menundukan kepal, mengatakan selamat pagi
dalam bahasa Belanda.
Tabik
itu dibalas Tini, tapi mendengar bahasa Belanda itu, pikirnya: “salah tunjukkah
Abdul?” di papan nama tertulis “Siti Rohayah”.
“nyonya,”
katanya, “tompang bertanya, dimanakah rumah Siti Haryati?”
Yah
tersenyum, katanya dengan manis: “sayalah dia. Nyony, silahkan naik.” (halaman 137)
14) Tini memutuskan untuk melepaskan
belenggu di dalam rumah tangganya. Berikut penggalan ceritanya.
di
dalam hati Tini tenang, karena sudah mengandung putusan. Haru biru yang selama
ini dalam hatinya sudah hilang sama sekali. Belenggu yang sebagai mengikat
semangatnya sudah terlepas. Dihadapan mata semangatnya dengan terang memanjang
jalan yang akan ditempuhnya. Masih terang terdengar suara nyonya Karyoso
bercerita di Solo waktu kongres, tentang P.P.P.P.A. (halaman 144)
2.1.2
Awal Cerita
Bagian
awal sebah cerita mengandung dua hal penting, yakni pertama, eksposisi atau
pemaparan adalah proses pemberiahuan informasi yang diperlukan dalam pemahaman
crita. Kedua, instabilitas yaitu bagian-bagian yang memunculkan tanda
tanyabpada diri pembaca. Awal cerita dari setiap eposide dalam novel “Belenggu”
yaitu:
1) Awal cerita pada episode pertama
dalam novel belenggu yaitu merupakan informasi tempat, waktu, dan sosial budaya
yang dialami oleh tokoh utama. Berikut
penggalan ceritanya.
Seperti
biasa, setibanya di rumah lagi, dokter Sukartono terus saja menghampiri meja
kecil, di ruang tengah, di bawah tempat telepon.(halaman 15)
2) Awal cerita pada episode kedua dalam
novel belenggu yaitu merupakan peristiwa kecil yang berguna untuk melukiskan
watak tokoh. Berikut penggalan ceritanya.
Waktu
masih menuntut pelajaran di sekolah Geneeskundige Hooge School di Betawi, tiada
sedikit kawan-kawan dokter Sukartono yang memastikan, dia tiada akan sampai ke
ujian penghabisan. Dia tiada cakap jadi dokter, terlalu suka akan lagu, akan
seni: Pikirannya terlalu banyak terlalai. (halaman 24)
3) Awal cerita pada episode tiga dalam
novel belenggu yaitu merupakan suatu deskripsi mengenai hal yang dilakukan
tokoh utama. Berikut penggalan ceritanya.
Sukartono
duduk membaca, lampu meja di sebelah kirinya, tarang di atas buku itu, mukanya
sendiri gelap. Dul baru keluar, baru minta permisi pulang. Hari sudah pukul
sembilan malam. Sekali-kali auto melintas denan cepat di jalan depan rumah,
suaranya masuk melintas lewat jendela yang masih terbuka. Suar radio kedengaran
perlahan-lahan. Sejurus kemudian sukartono berhenti membaca lalu memandang
sejurus ke arah jendela, sambil memikirkan hal yang baru dibacanya. Kedengaran
suara omruper kecil-kecil mangatakan lagu sudah selesai, akan diperdengarkan
lagu baru. Sukartono berdiri, lalu melangkah ke jendela, disingkapnya tirai
jendela akan memandang keluar. Di jalan msih ramai orang lalu. Ditengadahkannya
matanya, bintang-bintang gemerlapan, langit terang cuaca. Pikirannya terlalai
sebentar dari memikirkan hal yang dibacanya itu. (halaman 26)
4) Awal cerita pada episode keempaat
dalam novel belenggu yaitu merupakan penggambaran khusus tentang konflik yang
akan berbuntut pada peristiwa selanjutnya. Berikut penggalan ceritanya.
“Yah,
seperti pernah engkau kulihat dahulu. Tiada lepas-lepas dari pikiranku, engkau
mesti pernah ku lihat dahulu.”
“janganlah
merengut. Janganlah susahkan pikiranmu: kalau datang kesini tanggalkanlah
pikiranmu. Diluar masih banyak yang mesti engkau pikiranmu.”
“benar
Yah, kalau aku disini, di rumahmu ini...”
“bukan,
rumah kita.......”
“.....
ya rumah kita ini, aku tenang, hilang pikiranku, tapi entah timbul juga
pikiranku yang satu itu juga. Dimanakah engkau ku lihat dahulu?” dipegangnya
muka Yah dengan kedua belah tangannya. (halaman 37)
5) Awal cerita pada episode kelima
dalam novel belenggu merupakan hal yang mengarahkan pembaca kepada teknik yang
dipakai, baik teknik diaan atau akuan. Berikut penggalan ceritanya:
Mereka
berlima masih ramai berunding di sudut kamar makan, ketika Sukartono masuk
bergegas-gegas seperi biasa. Di depan pintu dia tertegun sebentar, tiada
menyangka ada tamu.(halaman
44)
6) Awal cerita pada episode keenam
dalam novel belenggu merupakan sebuah peristiwa kecil yang berguna untuk
melukiskan watak tokoh. Berikut penggalan ceritanya.
Nyonya
Rusdio mencari akal supaya dia tinggal dahulu. Dia hendak berkata-kata dengan
istri Sukartono. Sukartono sudah lama dikenalnya, sejak masih menjadi studen.
Waktu itu sukartono kerap kali datang ke rumahnya.(halaman 55)
7) Bagian awal cerita pada episode
ketujuh dalam novel belenggu merupakan deskripsi mengenai sesuatu yang
dilakukan oleh tokoh. Berikut penggalan ceritanya.
Tini
lagi berbaring di Sofa membawa buku. Kedua belah tangannya memegang buku itu
keatas supaya terang kena cahaya lampu dari belakangnya. Kepa berbantalkan tiga
buah bantal sofa, supaya tinggi, badannya seolah-olah setengah bersandarkan
bantal itu. Biasanya dia sudah tidur, atau sudah baring di tempat tidur,
seolah-olah sudah nyenyak, tetapi sebenarnya dia menunggu-nunggu Kartono
pulang. (halaman
57)
8) Bagian awal cerita pada episode
kedelapan dalam novel belenggu merupakan peristiwa yang dialami tokoh utama.
Berikut penggalan ceritanya.
Kepala
Tono terkulai, badannya tiada bergaya, sebagai anak tunduk dihadapan bapaknya,
yang lagi marah. Lengan kemejanya tergulung, tangannya seolah-olah patah disisi
badannya. Matanya memandang-mandang, mulanya ke lantai.... asal saja jangan
melihat badan kecil yang tiada lagi berjiwa di atas tempat tidur anak-anak,
pikirannya serasa-rasa hendak menutup telinganya jangan mendengar tangis ibu
yang masih muda, menelungkup diatas tubuh yang terlentang itu, jangan mendengar
bujukan perempuan tua bersambut perak itu, duduk di tepi tempat tidur
membelai-belai kepala anaknya yang menangis itu. (halaman 76)
9) Bagian awal cerita pada episode
kesembilan dalam novel belenggu merupakan deskripsi mengenai peristiwa yang
dilakukan tokoh. Berikut penggalan ceritanya.
Nonya
Sumarjo menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil menaruh tangkai telepon pada tempatnya.(halaman 83)
10) Bagian awal cerita pada episode
kesepuluh dalam novel belenggu merupakan peristiwa kecil yang berguna untuk
melukiskan watak tokoh. Berikut penggalan ceritanya.
Tini
mengempaskan badannya ke atas sofa. Baru sekarang terasa payahnya badan. Sejak
tadi pagi bekerja keras, pulang cuma sebentar saja untuk bertukar
pakaian.banyaknya tetek bengek yang mesti di urus, banyak yang tidak dapat
diduga lebih dulu, datang saja dengan tiba-tiba. Pusing kepala dibuatnya.
Kawan-kawan lain, ah datang untuk omong saja. Tadi urus saja bekerja menerima
kerosi dan meja, memperhiasi tempat, menerima minuman dan bahan makanan. (halaman 94)
11) Bagian awal cerita pada episode
kesebelas dalam novel belenggu itu menytu dengan bagian awal pda episode
kesepuluh.
12) Bagian awal cerita pada episode
kedua belas dalam novel belenggu
merupakanhal yag mengarahkan pembaca kepada teknik yang dipakai, baik teknik
diaan atau akauan. Berikut penggalan ceritanya.
Si
Abdul nyenyak tidur di belakang, tiada diketahuinya mobil sudah berjalan lagi.
Dia dibarkan tidur oleh Tono. Benar juga keterangan Yah, mula-mulanya dia
hendak berterus terang,sangkanya tono tidak senang, kalau dia tahu, Yah menjual
suara, bukankah dia perlu uang? Memang salahnya, tiada pernah memikirkan
perkara itu, tiada pernah bertanya perkara uang. Kemudian dia tahu Tono suka
akan suara Siti Haryati, dia diam-diam saja, karena hendak mnyukakan hati Tono,
kalau dia tiba-tiba tahu Siti Haryati lain dari..... kekasihnya sendiri. (halaman 129)
13) Bagian awal cerita pada episode
ketiga belas dalam novel belenggu merupakan sebuah peristiwa besar dalam latar
tertentu yang mengandung suatu konflik. Berikut penggalan ceritanya.
Kepada
Hartono sudah dikatakan oleh Tini, dia hendak mengalahkan madunya. Memang Tini
tidak senang mendengar kabar, Tono bergaul dengan permpuan lain. Di dalam
hatinya dia belum hendak megaku. Sebenarnya dia cemburu, karena orang lain
mendapat kasih sayang Tono. Bagaimana kah rupa perempuan itu, maka Tono
tertarik. Perasaan marah dalam hatinya bercampur nafsu hendak tahu. Dengar di
sini dengar di sana, banyak juga orang yang suka menceritakan padanya, bukan
karena hendak menolong, bukan karena kasihan, melainkan karena suka dongeng,
suka bercerita yang hebat-hebat. Sejak dahulu manusia itu suka tahu, suka mendongeng.
Orang kerap kali lupa, di samping surat kabar masih ada surat kabar yang tak
tertulis, ialah mulut manusia. (halaman 136)
14) Bagian awal pada episode terakhir
dalam novel belenggu merupakan deskripsi mengenai penyelesaian yang dipilih
oleh tokoh. Berikut kutipannya.
Di
dalam hati Tini tenang, karena sudah mengandung putusan. Haru biru yang selama
ini dalam hatinya sudah hilang sama sekali. Belenggu yang sebagai mengikat
semangatnya sudah
terlepas. Di hadapan mata semangatnya
dengan terang memanjang jalan yang akan ditempuhnya. Masih terang terdengar
suara nyonya Karyoso bercerita di Solo waktu kongres, tentang P.P.P.P.A. (halaman
144)
2.1.3
Jenis
Plot yang Ada
Jenis
plot dalam novel belenggu ini merupakan plot campuran. Namun plot yang paling
menonjol adalah plot kronologis atau plot maju karena cerita dalam novel
tersebut lebih bersifat kronologis, artinya peristiwa satu diikuti olah (yang
menyebabkan) peristiwa yang lainnya. Berikut pemaprannya.
1) Tahapan Awal / Tahap Perkenalan
“tiba-tiba kedengaran suara mobil
berhenti di pekarangn muka. Boleh jadi orang memanggil....... badannya sudah
siap akan berdiri, maka kedengaran langkah istrinya menuju pintu muka.
Sukartono memandang kepada halaman bukunya dengan ayiknya. Istrinya sudah hampir
disampingnya, sebentar lagi tentu akan terdengar suaranya menabik, duduk di
sandaran kerosi.... ah, bukan, dia membelok hndak menuju ke kamar tidur,
tiba-tiba berpaling, lalu dibukanya tasnya, kemudian tiba-tiba jatuh terlempar
bloc-note keatas meja di hadapan sukartono.
Sukartono terkejut, memandang kearah
istrinya, tetapi ia sudah berpaling lagi, menuju ke kamar tidur. Menyala-nyala
dalam hatinya, hendak terhambur kata marah dari mulutnya....” (halaman 19)
Awal cerita dari novel belenggu tergambar dalam penggalan
cerita di atas yaitu bahwa Tini sama sekali tidak peduli terhadap suaminya
Sukartono.
2) Tahapan
Tengah (Konflik-Komplikasi-Klimaks)
a) Konflik
Konflik yang terdapat dalam novel
belenggu yaitu ketika Dokter Sukartono mendapat panggilan dari seorang wanita
yang mengaku dirinya sedang sakit keras. Wanita itu meminta Dokter Sukartono
datang kehotel tempat dia menginap. Dokter Sukartono pun datang ke hotel
tersebut. Dan wanita tersebut bernama nyonya Eni. Seperti nampak pada penggalan
cerita berikut ini.
Ketika mobil berhenti disisi tangga,
seorang yang berpakaian uniform berdiri di sisi mobil, sambil mengangguk.
Ini nomor 45?” tanya abdul lalu
keluar
“benar nyonya Eni sudah menunggu.” (halaman 20-21)
b) Komplikasi
Komplikasi yang terdapat dalam novel
belenggu yaitu ketika Tono mulai merasa rumah Yah adalah rumah keduanya, dan
cerita cinta segi tigapun di mulai pada saat itu, seperti nampak pada penggalan
cerita berikut.
“Janganlah merengut. Janganlah
susahkan pikiranmu : kalau datang kesini tanggalkanlah pikiranmu. Diluar masih
banyak yang mesti engkau pikirkan.”
“benar Yah, kalau aku disini, di
rumahmu ini...”
“bukan, rumah kita....”
“.... ya rumah kita ini, aku tenang,
hilang pikiranku, tapi entah timbul juga pikiranku yang satu itu juga.
Dimanakah engkau kulihat dahulu?” di pegangnya muka Yah dengan kedua belah
tangannya. (halaman
37)
c) Klimaks
Klimaks dari novel belenggu adalah
ketika Tini mulai mengetahui bahwa dalam rumah tangganya dengan Tono tertulis
cerita cinta segi tiga dengan perempuan yang bernama Rohayah. Setelah itu Tini
mulai mencari tahu rumah dimana Yah tinggal dan datang ke rumah tersebut untuk
mencari tahu kebenarannya. Seperti tercermin dalam penggalan cerita berikut
ini.
Ah, siapa ini, pikir Yah, ketika melihat mobil berhenti di
pekarangan rumahnya. Yang mengendarakannya permpuan;
Dokter perempuan rupanya. Apa
hendaknya ? Yah berdiri. Tini kleuar mobil. “inilah rupannya perempuan yang
disukai Tono,” kata Tini dalam hatinya. (halaman 137)
3) Tahapan
Akhir / Penyelesaian
Akhir cerita dalam novel belenggu
yaitu bahwa cerita cinta segi tiga yang dialami Tono, Tini, dan Yah berakhir
dengan sebuah perceraian. Sumartini telah pergi ke Surabaya. Dia mengabdi pada
sebuah panti asuhan yatim piatu, sedangkan Yah pergi ke negeri Calidonia.
dengan kebahagiaan
ataupun kesedihan padahal Armijn Pane sudah menyelesaikan ceritanya.
2.2 Tokoh
2.2.1
Para
Pelaku / Tokoh
Tokoh
adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang
oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecendrungan tertentu
seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan diwujudkan dalam tindakan (dalam
Nurgiyantoro, 1998:165). Adapun par pelaku atau tokoh yang terdapat dalam novel
belenggu adalah sebagai berikut:
1)
Dokter
Sukartono (Tono)
2)
Sumartini
(Tini)
3)
Siti
Rohayah (Yah)
4)
Nyonya
sutatmo
5)
Nyonya
Aminah
6)
Putri
Aminah
7)
Nyonya
Rusdio
8)
Karno
9)
Hartono
10)
Mangunsucipto
11)
Abdul
12)
Mardani
2.2.2
Watak
/ Penokohan
Penokohan
atau karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan, yakni
menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dalam sebuah cerita. Penokohan
merupakan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan
dalam sebuah cerita (1998:165).
Sebagain
tokoh – tokoh karya fiksi adalah tokoh – tokoh rekaan yang dimaksud tokoh
cerita adalah individu rekaan yang mengalami cerita kendati berupa rekan atau
hasil imajinasi pengarang, masalah penokohan tidak bisa dipisahkan dari suatu
karya sastra dan merupakan suatu bagian yang penting dalam membangun sebuah
cerita (Nurgiyantoro,1994:66). Adapun watak tokoh atau penokohan
dalam novel belenggu, yaitu sebagai berikut:
1)
Dokter
Sukartono (Tono) ; seorang dokter yang mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi.
Dia terkenal dokter yang dermawan dan penolong. Dia termasuk seorang yang sangat
mencintai pekerjaannya. Berikut penggalan ceritanya.
Kata orang: “dia tiada mata duitan,
kalau dia tahu si sakit kurang sanggup membayar, dia lupa mengirim rekening.”
“tetapi,” kata seorang lagi, “kalau
dia dipanggil tengah malam, suka juga.” (halaman 25)
Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, berikut penggalan
ceritanya.
Pikiran kawan-kawannya akan
terkabul, Sukartono akan patah di tengah jalan, kalau pada suatu ketika tiada
surat dari saudaranya, mengatakan nakanya masih bayak yang perlu juga
diteruskan pelajarannya, karena dia tahu, lebih bijaksana kalau perasaan
tanggung jawab Sukartono disinggung. Memang perasaan tanggung jawab keras
padanya. (halaman
24)
2)
Sumartini
(Tini) ; perempuan modern yang mempunyai masa lalu yang kelam karena bebas
bergaul. Dia selalu merana kesepian karena kesibukan suaminya yang tak kenal
waktu dalam mengobati orang sakit sehingga melupakan dan membiarkannya dirumah
seorang diri.
Watak tini
pemarah, seperti tercermin dalam penggalan cerita berikut:
Karno
tiada suka akan Tini, sebab tini marah-marah saja, karena kesalahan yang
kecil-keci sekalipun, bahkan kerap kali tiada salahnya sama sekali. (halaman
18)
Tini merupakan
wanita yang berparas cantik, memiiki bentuk tubuh yang ramping langsir, seperti
yang tercermin dalam penggalan cerita berikut.
Sukartono
terkejut, memandang ke arah istrinya, tetapi ia sudah berpaling lagi, menuju ke
kamar tidur. Menyala-nyala dalam hatinya, hendak terhambur kata marah dari
mulutnya.... ah, alangkah cantiknya, ramping langsir, sikapnya menantang
demikian itu. (halaman 19)
3)
Siti
Rohayah (Yah) ; perempuan yang harus menjalankan kawin paksa. Dia merasa
frustasi, sehingga terjerumus kelembah kemistaan. Dia teman dokter sukarno yang
secara diam-diam mencintainya.
Siti Rohayah adalah wanita nakal, berikut penggalan cerita
yang menggambarkan bahwa Yah adalah wanita nakal.
Perempun itu mengigit bibir,
seolah-olah kecewa, ketika tangan Sukartono menutupkan kimononya, sambil kata
Sukartono dengan pendek saja: “tidak perlu nyonya buka.”
4)
Nyonya Rusdio
Watak nyonya
rusdio yaitu bahwa dia adalah seorang yang pandai mencairkan suasana, seperti
nampak pada penggalan cerita berikut ini.
Sejurus
kemudian percakapan dialihkan perlahan-lahan oleh nyonya Rusdio, seolah-olah
menyingkapkan awam mendung, supaya terang cuaca.
5)
Putri Aminah
Putri Aminah
adalah orang yang suka berolok-olok, selalu ingin mengetahui urusan orang lain,
seperti nampak pada penggalan crita berikut.
Putri
Aminah tertarik pula hatinya hendak berolok-olok, barangkali juga hendak
mengulangi hal yang tadi, suka hedak tah, mengapa Tini, kawannya itu demikian.
Rahasia yang tersembunyi: “benar-benarlah engkau dokter sejati. Cuma penyakit
saja engkau perhatikan. Tidak baca koran rupanya.
6)
Karno
Karno adalah
pembantu dokter Sukartono yang amat sangat patuh terhadap perintah tuannya,
seperti nampak pada penggalan cerita
berikut.
Karno,
bujangnya, masuk membawa valies tempat perkakas doketer Sukartono.
2.2.3
Jenis
Tokoh
Tokoh merupakan bagian
struktural fiksi yang melahirkan sebuah peristiwa. Berkut ini adalah
tokoh-tokoh dalam novel belenggu beserta pengklasifikasiaan tokohnya.
1)
Dokter
Sukartono (Tono)
Tono merupakan tokoh sentral atau tokoh utama, karena tokoh
ini mengambil bagian terbesar peristiwa. Dan merupakan tokoh penting dalam
novel belenggu, serta tokoh ini sering ditampikan dan mendominasi cerita dalam
novel belenggu ini. Tokoh ini juga sangat menentukan perkembangan plot secara
keseluruhan.
2)
Sumartini
(Tini)
Tini juga termasuk tokoh sentral, karena Tini juga mengambil
bagian terbesar peristiwa dalam novel belenggu. Tini juga termasuk tokoh
penting dalam cerita karena tini juga mendominasi cerita dalam novel ini.
3)
Siti
Rohayah (Yah)
Seperti halnya Tono dan Tini, Yah juga merupakan tokoh
sentral yang mendominasi cerita dlam novel belenggu ini, Yah juga termasuk
tokoh penting dalam cerita karena tokoh ini mengambil bagian terbesar
peristiwa.
4)
Nyonya
sutatmo
Nyonya Sutatmo merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena
tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.
5)
Nyonya
Aminah
Nyonya Aminah juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini,
karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga
memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
6)
Nyonya
Rusdio
Nyonya Rusdio juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini,
karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga
memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
7)
Karno
Karno juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena
tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.
8)
Hartono
Hartono juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena
tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.
9)
Mangunsucipto
Mangunsucipto juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini,
karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga
memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
10)
Abdul
Abdul juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena
tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.
11)
Mardani
Mardani juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena
tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.
2.2.4
Penyampain
Tokoh
Teknik penyajian tokoh yaitu dengan
menggunakan metode analitik dan dramatik karena di dalam roman belenggu karya
armijn pane pengarang mendeskripsikan karakter tokoh melalui pendeskripsian
secara langsung dan tidak langsung. Berikut penggalan cerita yang menggambarkan
bahwa metode penyampain watak tokoh melalui metode analitik.
1) Pikiran
kawan-kawannya akan terkabul, Sukartono akan patah di tengah jalan, kalau pada
suatu ketika tiada surat dari saudaranya, mengatakan nakanya masih bayak yang
perlu juga diteruskan pelajarannya, karena dia tahu, lebih bijaksana kalau
perasaan tanggung jawab Sukartono disinggung. Memang perasaan tanggung jawab
keras padanya. (halaman
24)
2) Sukartono terkejut, memandang ke
arah istrinya, tetapi ia sudah berpaling lagi, menuju ke kamar tidur.
Menyala-nyala dalam hatinya, hendak terhambur kata marah dari mulutnya.... ah,
alangkah cantiknya, ramping langsir, sikapnya menantang demikian itu. (halaman
19)
Sedangkan
berikut ini adalah penggalan cerita yang menggambarkan bahwa metode penyampaian
watak tokoh melalui metode dramatik.
1) Perempun
itu mengigit bibir, seolah-olah kecewa, ketika tangan Sukartono menutupkan
kimononya, sambil kata Sukartono dengan pendek saja: “tidak perlu nyonya buka.”
2) Kata
orang: “dia tiada mata duitan, kalau dia tahu si sakit kurang sanggup membayar,
dia lupa mengirim rekening.”
3) “tetapi,”
kata seorang lagi, “kalau dia dipanggil tengah malam, suka juga.” (halaman 25)
2.3 Setting
Latar dimaksudkan untuk
mengidentifikasi situasi yang tergambar dalam cerita. Keberadaan elemen latar
pada hakikatnya tidaklah hanya sekedar menyatakan di mana, kapan, dan bagaimana
situasi peristiwa berlangsung, melainkan keterkaitan dengan gambaran tradisi,
karakter, perilaku sosial dan pandangan masyarakat pada waktu cerita ditulis
(Sudjiman.1994:46).
2.3.1
Unsur
Latar Novel
1) Latar Tempat
Latar tempat
dalam novel belenggu yaitu:
a)
Rumah, berikut penggalan ceritanya.
Seperti
biasa, setibanya di rumah lagi, dokter Sukartono terus saja menghampiri meja
kecil, di ruang tengah, di bawah tempat telepon.(halaman 15)
b) Hotel, berikut penggalan ceritanya.
Dokter
Sukartono diam saja sejurus memandang ke arah hotel itu, dia merasa heran
sedikit.
c) Sekolah, berikut penggalan
ceritanya.
Waktu
masih menuntut pelajaran di sekolah Geneeskundige Hooge School di Betawi,tiada
sedikit kawan-kawan dokter Sukartono yang memastikan, dia tiada akan sampai ke
ujian penghabisan. Dia tidak cakap jadi dokter, terlalu suka akan lagu, akan
seni: pikirannya terlalau banyak terlalai, (halaman 24)
d) Tempat pertemuan komite bazar,
berikut pnggalan ceritanya.
Kalau
dia tiba di tempat pertemuan komite bazar sudah ada beberapa orang berhimpun
bercakap-cakap orang terhenti berkata-kata. (halaman 72)
e) Tengah jalan, berikut penggalan
ceritanya.
Kemudian
di tengah jalan, menggema lagi ingatan Tono:..... (halaman 82)
f) Solo, berikut penggalan ceritanya.
.....Peduli
apa nyonya Rusdio, turut-turut memikirkan keadaan Tono dan dia? Jangan
berfikir, jangan berfikir, gembira saja, tidak lama lagi, ke Solo.....(halaman 100)
g) Taman Sari, berikut penggalan
ceritanya.
....demikianlah
tiga hari kemudian, sampai ke telinga Tini cerita tentang Tono ke rumah Siti
Haryati, penyanyi keroncong, di Taman Sari. (halaman 137)
h) Surabaya, berikut penggalan
ceritanya.
Sekarang
sudah pasti: Tini akan terus di Surabaya, bekerja seperti yang
dicita-citakannya atau dia kembali, pergaulan mereka akan seperti dulu, waktu
baru kawin.
(halaman 151)
i)
Nieuw
Caledonic, berikut penggalan ceritanya.
Rohayah
berbalik.... di sana gelap, tapi semangatnya tahu, disanalah, lautan lepas, di
sana dunia lain, memang dunia baru, tapi sunyi... tono tidak ada di sana, di
Noeuw Caledonia.
(halaman 157)
2)
Latar Waktu
Latar waktu berkenaan dengan masalah
apan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam fiksi. Berikut ini latar waktu
yang erdapat dalam novel belenggu.
a)
Tiba-tiba kedengaran suara mobil
berhenti di pekarangan muka. (halaman 19)
b)
Waktu masih menuntut pelajaran di
sekolah Geneeskundige Hooge School di Betawi,tiada sedikit kawan-kawan dokter
Sukartono yang memastikan, dia tiada akan sampai ke ujian penghabisan. Dia
tidak cakap jadi dokter, terlalu suka akan lagu, akan seni: pikirannya terlalau
banyak terlalai, (halaman
24)
c)
...hari sudah pukul sembilan malam.
Sekali-sekali melintas dengan cepat di jalan di muka rumah, suaranya masuk
melintas dari jendela yang masih terbuka. (halaman 26)
d)
Sejak tadi pagi bekerja keras,
pulang cua sebentar saja untuk bertukar pakaian. (halaman 94)
e)
Auto dokter Sukartono melancardi
tengah malam itu juga, seolah-olah menggambarkan kerusuhan dalam hatinya,
seolah-olah anak takut kepada bayang-bayangnya sendiri. (halaman 97)
3) Latar Sosial
Latar sosial, tempat peristiwa
terjadinya berada di lingkungan kaum cendikiawan yakni seorang dokter. Selain
itu, perselingkuhan merupakan sesuatu yang tidak wajar di kalangan masyarakat,
apalagi Sukartono berselingkuh dengan Yah yang notabene adalah seorang
perempuan yang nakal.
Tini pada saat itu sudah menjadi seorang wanita
yang modern yang sudah menyibukan diri di luar rumah tangganya, padahal pada
saat itu wanita yang menyibukan diri di luar rumah di anggap wanita yang telah
melalaikan kewajibannya sebagai seorang istri oleh masyarakat.
2.3.2
Kajian
Tipe Latar Novel
Tipe
latar daam novel belenggu yaitu Latar netral, kerena latar di dalam novel ini
tidak memiliki kaitan yang fungsional dengan elemen fiksi lainnya. Armijn pane
kurang sungguh-sungguh dalam menggarap atau menciptakan latarnya. Di dalam
novel ini tidak memiliki dan tidak medeskripsikan sifat khas tertentu yang
menonjol yang terdapat dalam ssebuah latar. Berikut penggalan critata yang
menggambarkan bahwa latar dalam novel ini merupakan latar netral.
Mata
dokter Sukartono turut mencari nomor itu, 39, 41, 43” kata Abdul, “eh hotel ini
mestinya”,lalu kakinya menginjak rem. (halaman 20)
“aku
hendak ke Surabaya dulu. waktu kongres aku berkenalan dengan seorang nyonya dari sana, dia
mencari perempuan untu memimpin rumah piatu perkeumpulanna. Besoklah aku
pergi.” (halaman 147)
BAB III
ANALISIS TEMA NOVEL
3.1 Analisis Tema Novel “Belenggu”
Tema adalah ide, gagasan, pandangan
hidup pengarang yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra (Sudjiman,
1994:54). Tema yang terdapat dalam novel “Belenggu Karya Arminj Pane” Kritik
Sosial Dan Politik tentang problematika Cinta segita. Novel ini mengandung kritik sosial
kepada para perempuan yang masih saja memandang seseorang dari status
sosialnya, seperti sikap Tini saat bertemu dengan Rohayah. Selain itu sindiran
juga terlihat pada bagian Tini yang sedang digosipkan oleh teman-teman
wanitanya. Seolah ingin menunjukkan bahwa masih bannyak wanita yang hobi
bergunjing.
Selain itu, ada juga gambaran bahwa
seorang yang berjuang demi kepentingan bangsa justru tidak dianggap menyusahkan
dan tidak dianggap sebagai suatu pekerjaan yang mulia.
Novel Belenggu menyimpan banyak
makna yang mendalam disetiap konflik yang dimunculkan. Kritik sosial yang tajam
dalam kisah ini bisa menjadi sebuah pembelajaran bagi para generasi muda dalam
menjalani kehidupan yang terhegemoni oleh sebuah sistm yang menindas dan semua
itu berlaku terhadap semua orang, baik tua-muda, kaya-miskin, dan juga
pria-wanita.
BAB
IV
ANALISIS
SARANA CERITA NOVEL
4.1 Judul
Novel
Belenggu merupakan salah satu roman klasik yang kemunculannya menimbulkan
kegemparan. Bahkan sampai ditolak oleh Balai Pustaka dengan alasan isi
ceritanya mengandung banyak kritik sosial dan politik yang bisa memicu konflik
dalam masyarakat.
Armijn Pane
selaku penulis buku ini membuat sebuah karya yang mampu membawa pembacanya
seolah masuk dalam perasaan emosional para pelakon dalam cerita. Meskipun inti
dari cerita ini hanyalah sebuah cinta segitiga, namun di dalamnya ada beberapa
konflik kecil yang sebenarnya mengandung makna yang sangat mendalam, terutama
bagi negara Indonesia yang saat itu masih dalam suasana pascakemerdekaan.
Segala perasaan dan peristiwa di
gambarkan secara gamblang melalu judul novel “belenggu” yaitu cerita cinta segi
tiga yang berakhir dengan tidak ada kejelasan, perasaan Tini terhadap
Sukartono, bayang-bayang masa lalu Tini yang terbawa ke dalam kehidupan rumah
tangganya bersama Tono, serta kembalinya Hartono di hadapan Tini yang membuat
Tini semakin merasa terbelenggu.
4.2 Sudut Pandang
Dalam roman Belenggu, pengarang
menggunakan sudut pandang orang ke-tiga. Pengarang menggunkan nama orang
sebagai pelakunya, tidak menggunakan kata aku sebagai tokoh. Dalam arti lain,
pengarang menceritakan kehidupan tokoh lain, bukan sebagai dirinya sendiri.
Pengarang tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langung di dalam
cerita itu.
4.3 Gaya
Gaya yang digunakan oleh Armijn Pane
dalam novel Belenggu didasarkan pada cara pengungkapan masalah yang
ditampilkannya. Di dalamnya banyak dijumpai pilihan kata dalam penataan kata
yang istimewa.
Penggunaan gaya bahasa kuno dan masih bercampur dengan bahasa
Belanda (negara yang kolonialisme di Indonesia) menmbah estetika dari novel
ini. Maka tak heran banyak perbendaharaan kata yang terdengar asing jika
diucapkan saat ini., seperti prognose,
rouge, realiteit, dll. Bagi yang tidak memahami kosakata bisa
dipastikan akan sulit juga untuk memahami beberapa bagian ceritanya.
Penggunaan gaya bahasa sangat dominan dalam roman tersebut.
Dalam kalimat-kalimatnya pun ada kalimat-kalimat yang panjang dan pendek selain
menunjukkan adanya unsur-unsur yang istimewa , baik dalam hal pemilihan kata
maupun penataan kalimat-kalimatnya. Dalam hal nuansa maknanya juga menunjukkan
sesuatu yang istimewa. Misalnya
“Dia di Solo, kongres Perempuan Seumumnya.”
“Tono” kata Har, lagi berbaring, “Tono, siapa sebenarnya
isterimu? Ah, Aku dulu banyak urusan, kawan-kawanku tersia-sia semua.”
“Bukan ada kukurim kartu…..”
“Boleh jadi aku kebetulan lagi propaganda ke kota lain.
Kapan dia kembali, Tono, aku hendak berkenalan dengan dia.”
“Barangkali dua hari ini kongres habis.”
“Sudahkah kukenal dahulu?”
“Boleh jadi, dia dulu di Bandung, sekolah Lyceum.”
“Sekolah Lyceum, Tono?” lagu suara Hartono gembiara sedikit.
“Ya, barangkali kau kenal Tini dahulu.”
“Tini? Tini?”
“Yah, Sumartini namanya.”
“Sumartini? Tidak.”
4.4 Nada
Armijn Pane selaku penulis novel
Belenggu membuat sebuah karya yang mampu membawa pembacanya seolah masuk dalam
perasaan emosional para pelaku dalam cerita. Meskipun inti dari cerita ini
hanyalah sebuah cinta segitiga, namun di dalamnya ada beberapa konflik kecil
yang sebenarnya mengandung makna yang sangat mendalam, terutama bagi nagara
Indonesia yang saat itu masih dalam suasana pascakemerdekaan.
Komentar
Posting Komentar