komponen-komponen analisis kesalahan berbahasa
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bukunya yang berjudul “Common Error in
Language Learning” H.V. George mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa
adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan (unwanted
form) khususnya suatu bentuk
tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa.
Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan
adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku. Hal ini
sesuai dengan pendapat Albert Valdman yang mengatakan bahwa yang pertama-tama
harus dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang berbagai pendekatan dan
analisis kesalahan berbahasa adalah menetapkan
standar penyimpangan atau kesalahan.
Beberapa Pandangan terhadap Kesalahan
Berbahasa Kesalahan berbahasa adalah suatu peristiwa yang
bersifat inheren dalam setiap pemakaian bahasa baik secara lisan maupun tulis.
Baik orang dewasa yang telah menguasai
bahaasanya, anak-anak, maupun orang asing yang sedang mempelajari suatu bahasa
dapat melakukan kesalahan-kesalahan berbahasa pada waktu mereka menggunakan
bahasanya. Namun, jenis serta frekuensi kesalahan berbahasa pada anak-anak
serta orang asing yang seedang mempelajari suatu bahasa berbeda dengan orang
dewasa yang telah menguasai bahasanya
Sebagai seorang guru atau calon guru yang sedang
berpraktik mengajarkan bahasa Indonesia, apabila diperhatikan dengan saksama,
Kita akan menemukan kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa. Kesalahan-kesalahan
itu ternyata dapat Kita pilah dalam dua kategori, yaitu kategori kesalahan dalam
bidang keterampilan dan kesalahan dalam bidang linguistik. Kesalahan yang
berhubungan dengan keterampilan terjadi pada saat siswa menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Sedangkan kesalahan dalam bidang linguistik meliputi tata
bunyi (fonologi), tata bentuk kata (morfologi), sintaksis, dan leksikal.
Kesalahan dalam bidang lingustik tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam bab
selanjutnya.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam makalah ini yaitu
“apa saja yang menjadi komponen-komponen analisis kesalahan berbahaa?”
1.3 Tujuan Masalah
Sedangkan tujuan masalah dalam makalah ini yaitu
untuk mengeahui berbagai komponen analisis kesalahan berbahasa.
BAB
II
KOMPONEN-KOMPONEN
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
Untuk mengetahui perihal analisis kesalahan
berbahasa, kita dapat mempelajari sejumlah komponen analisis itu. Berdasarkan
komponen bahasa, kesalahan berbahasa dikomponenkan menjadi kesalahan yang
terjadi pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal.
2.1 Kesalahan
Fonologi
Kesalahan berbahasa Indonesia dalam bidang
fonologi pertama-tama dipandang dari penggunaan bahasa secara lisan maupun
secara tulisan. Dari kombinasi kedua sudut pandang itu ditemukan aneka jenis
kesalahan berbahasa. Sebagian besar kesalahan berbahasa Indonesia di bidang
fonologi berkaitan dengan pengucapan. Tentu saja bila kesalahan berbahasa lisan
ini dituliskan maka jadilah kesalahan berbahasa itu dalam bahasa tulis. Ada
kesalahan berbahasa karena perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem,
penambahan fonem, salah meletakkan penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat.
Di samping itu kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi dapat pula disebabkan
oleh perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal.
1)
Kesalahan Ucapan
Kesalahan ucapan adalah kesalahan mengucapkan
kata sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan
makna.
Contoh:
Contoh:
ü enam menjadi enem
ü saudara menjadi sodara
ü telur menjadi telor
ü alasan menjadi alesan
ü hilang menjadi ilang
2)
Kesalahan Ejaan
Kesalahan ejaan adalah kesalahan menuliskan kata
atau kesalahan dalam menggunakan tanda baca.
Contoh:
ü Tuhan Yang Mahakuasa ditulis Tuhan
Yang Maha Kuasa
ü Mengetengahkan ditulis mengketengahkan
ü Mempertanggungjawabkan ditulis mempertanggung jawabkan .
2.2 Kesalahan
Morfologi
Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi
sebagian besar berkaitan dengan bahasa tulis. Tentu saja kesalahan berbahasa
dalam bahasa tulis ini berkaitan juga dengan bahasa lisan apalagi bila
kesalahan berbahasa dalam penulisan morfologi itu dibacakan. Kesalahan
berbahasa dalam bidang morfologi disebabkan oleh berbagai hal. Kesalahan
berbahasa bidang morfologi dapat dikelompokkan menjadi kelompok afiksasi,
reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk.
1)
Kesalahan Berbahasa pada Afiksasi
Kesalahan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut:
a) Pertama, kesalahan berbahasa karena salah menentukan bentuk asal.
Misalnya bentuk gramatik himbau, lola, lanjur, lunjur dianggap sebagai bentuk
asal. Padahal bentuk asal yang benar adalah imbau, kelola, anjur, unjur.
b) Kedua, fonem yang seharusnya luluh dalam proses afiksasi tidak
diluluhkan. Misalnya fonem /t/ dalam kata terjemah dan tumisseharusnya luluh
apabila kedua kata itu bergabung dengan morfem meN-. Dalam kenyataannya
penggunaan bahasa kedua fonem itu tidak diluluhkan sehingga terbentuk kata
kompleks menterjemahkan dan mentumis. Hasil pengafiksasian seharusnya menerjemahkan
dan menumis.
c) Ketiga, fonem yang seharusnya tidak luluh dalam proses afiksasi justru
diluluhkan. Misalnya Fonem /f/ dalam kata fitnah, seharusnya menjadi memfitnah
bukan memitnah.
d) Keempat, penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n-,
ny-, ng-, dan nge-. Dalam penggunaan bahasa, mungkin karena pengaruh bahasa
daerah, morfem men-, meny-, meng-, dan menge- disingkat menjadi n-, ny-, ng-,
dan nge- dalam pembentukan kata kerja. Hal ini tentu menimbulkan kesalahan berbahasa
dalam bidang morfologi.
Contoh:
ü
Men- + tatap menjadi natap,
seharusnya menatap.
ü
Meny- + sapu menjadi nyapu,
seharusnya menyapu.
ü
Meng- + ajar menjadi ngajar,
seharusnya mengajar.
ü
Meng- + bor menjadi ngebor,
seharusnya mengebor.
2)
Kesalahan Berbahasa pada Reduplikasi
Kesalahan ini disebabkan oleh hal-hal berikut:
a)
Pertama, kesalahan berbahasa
disebabkan kesalahan dalam menentukan bentuk dasar yang diulang. Misalnya
bentuk gramatik mengemasi diulang menjadi mengemas-kemasi yang seharusnya
mengemas-ngemasi.
b)
Kedua, kesalahan berbahasa
terjadi karena bentuk dasar yang diulang seluruhnya hanya sebahagian yang diulangi.
Misalnya bentuk gramatik kaki tangan diulang menjadi kaki-kaki tangan yang
seharusnya diulang seluruhnya, yakni kaki tangan-kaki tangan.
c)
Ketiga, kesalahan berbahasa
terjadi karena menghindari perulangan yang terlalu panjang. Misalnya bentuk
gramatik orang tua bijaksana diulang hanya sebahagian yakni, orang-orang tua
bijaksana. Seharusnya perulangannya penuh, yakni orang tua bijaksana-orang tua
bijaksana.
3)
Kesalahan Berbahasa pada Gabungan Kata atau Kata
Majemuk
Kesalahan berbahasa terjadi dalam penggabungan sebagai berikut:
a)
Pertama, gabungan kata yang
seharusnya serangkai dituliskan tidak serangkai. Kata majemuk yang ditulis
serangkai ini dapat dikenali dengan salah satu unsurnya. Unsur-unsur seperti
anti, antar, ekstra, infra, inter, baku, supra dan lain-lain, merupakan tanda
bahwa paduan kata dengan kata tersebut di atas adalah kata majemuk yang ditulis
serangkai. Misalnya antikarat, antaruniversitas, ekstrakulikuler,
infrastruktur, internasional, bakuhantam, suprasegmental, dan sebagainya.
b)
Kedua, kesalahan berbahasa
terjadi karena kata majemuk yang seharusnya ditulis terpisah, sebaliknya
ditulis bersatu. Misalnya kata majemuk yang ditulis bersatu ini rumahsakit,
tatabahasa, dan matapelajaran seharusnya ditulis terpisah seperti berikut rumah
sakit, tata bahasa, dan mata pelajaran.
c)
Ketiga, kesalahan berbahasa
terjadi karena kata majemuk yang sudah berpadu jika diulang, maka seluruhnya
harus diulang. Ternyata dalam penggunaan bahasa hanya sebahagian yang diulang.
Misalnya, segi-segitiga, mata-matahari, dan bumi-bumi putra dituliskan secara
lengkap menjadi segitiga-segitiga, matahari-matahari, dan bumi putra-bumi
putra.
d)
Keempat, kesalahan berbahasa
terjadi karena proses prefiksasi atau sufiksasi dianggap menyatukan penulisan
kata majemuk yang belum padu. Misalnya proses afiksasi ber- pada kata majemuk
bertanggungjawab seharusnya ditulis bertanggung jawab.
2.3 Kesalahan
Sintaksis
Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau
penyimpangan struktur frase, klausa, atau kalimat. Analisis kesalahan dalam
bidang sintaksis ini menyangkut urutan kata, kepaduan susunan frase, kepaduan
kalimat, dan logika kalimat.
1)
Kesalahan pada Bidang Frase
Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam
bidang sintaksis, khususnya segi frasa, antara lain sebagai berikut:
a)
Pengunaan kata depan tidak
tepat.
Contoh:
ü
di masa itu seharusnya -
pada masa itu
ü
di waktu itu - pada waktu
itu
b)
Penyusunan frasa yang salah
struktur.
Contoh:
ü
belajar sudah seharusnya -
sudah belajar
ü
habis sudah - sudah habis
c)
Penambahan yang dalam frasa
benda (B+S)
Contoh:
ü
guru yang profesional seharusnya
- guru profesional
ü
anak yang saleh seharusnya -
anak saleh
d)
Penambahan kata dari atau tentang
dalam Frasa Benda (B+B)
Contoh:
ü
gadis dari Bali seharusnya -
gadis Bali
ü
cerita tentang anak jalanan
- cerita anak jalanan
e)
Penambahan kata kepunyaan
dalam Frasa Benda (B+Pr)
Contoh: buku kepunyaan Ani seharusnya menjadi buku Ani.
2)
Kesalahan bidang klausa
Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam
bidang sintaksis, khususnya segi klausa terjadi adanya penambahan preposisi di
antara kata kerja dan objeknya dalam klausa aktif. Contoh: Rakyat mencintai
akan pemimpin yang jujur. Seharusnya kalimat tersebut menjadi rakyat mencintai
pemimpin yang jujur.
3)
Kesalahan bidang Kalimat
Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang
sintaksis, khususnya dari segi kalimat antara lain sebagai berikut:
a)
Penyusunan kalimat yang
terpengaruh pada struktur bahasa daerah. Berbahasa Indonesia dalam situasi
resmi kadang-kadang tanpa disadari menerapkan struktur bahasa daerah. Seperti
Amin pergi ke rumahnya Rudi. Kalimat tersebut terpengaruh struktur bahasa
daerah. Oleh karena itu, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi: Amin pergi
ke rumah Rudi.
b)
Penggunaan kalimat yang
tidak logis. Contoh: Buku itu membahas peningkatan mutu pendidkan di Sekolah
Dasar. Kalimat tersebut tidak logis karena tidak mungkin bukumempunyai
kemampuan membahas peningkatan mutu pendidikan SD. Oleh karena itu, kalimat
tersebut perlu diperbaiki menjadiDalam buku itu dibahas tentang peningkatan
mutu pendidikan di Sekolah Dasar. Atau Dalam buku itu, pengarang membahas peningkatan
mutu pendidikan diSekolah Dasar.
c)
Penyusunan kalimat yang
terpengaruh pada struktur bahasa asing. Kata di mana, yang mana, dengan siapa,
adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam membuat kalimat tanya. Kata-kata
tersebut bila digunakan di tengah kalimat yang fungsinya bukan menanyakan
sesuatu merupakan pengaruh bahasa asing. Dengan demikian, perlu dihindari
penggunaan di mana, yang mana, dengan siapa diganti dengan kata bahasa
Indonesia. Contoh:Rumah di mana dia bermalam, dekat dari pasar. Kalimat tersebut
dapat diubah menjadi rumah tempat dia bermalam, dekat dari pasar.
2.4 Kesalahan
Leksikon
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:902),
leksikon adalah kosakata. Dengan demikian, kesalahan leksikon dapat diartikan
sebagai kesalahan dalam kosa kata, pemakaian kata yang tidak atau kurang tepat.
Istilah leksikon ini lazim digunakan dalam bidang semantik. Semantik adalah
bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna atau struktur makna.
Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan bidang
semantik, Tarigan mengemukakan kesalahan berbahasa yang mungkin terjadi di
bidang semantik adalah seperti berikut:
1)
Adanya Penerapan Gejala Hiperkorek
Gejala hiperkorek adalah suatu bentuk yang sudah
betul lalu dibetul-betulkan lagi dan akhirnya menjadi salah. Misalnya, Syarat dijadikan
sarat ’ atau sebaliknya, padahal kedua kata itu masing-masing mempunyai arti
yang berbeda. Syarat ‘ketentuan/aturan’sarat ‘penuh’.
Contoh dalam kalimat:
ü
Kita harus mengikuti syarat
itu.
ü
Perahu itu sarat muatan.
2)
Gejala Pleonasme
Yang dimaksudkan gejalan pleonasme adalah suatu
penggunaan unsur-unsur bahasa secara berlebihan.
Contoh:
ü
Lukisanmu sangat indah sekali.
Seharusnya Lukisanmu sangat indah atau indah sekali.
ü
Dia bekerja demi untuk
keluarganya. Seharusnya: Dia bekerja demi keluarganya, atau untuk keluarganya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan komponen bahasa, kesalahan berbahasa
dikomponenkan menjadi kesalahan yang terjadi pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis,
dan leksikal.
1)
Kesalahan yang terjadi pada
tataran fonologi karena adanya perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem,
penambahan fonem, salah meletakkan penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat.
Di samping itu kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi dapat pula disebabkan
oleh perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal.
2)
Kesalahan berbahasa pada
tataran morfologi dapat dikelompokkan menjadi kesalahan berbahasa pada
afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk.
3)
Kesalahan sintaksis adalah
kesalahan atau penyimpangan struktur frase, klausa, atau kalimat, serta
ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat
menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika
kalimat.
4)
Kesalahan pada tataran
leksikon dapat diartikan sebagai kesalahan dalam kosa kata, pemakaian kata yang
tidak atau kurang tepat. Istilah leksikon ini lazim digunakan dalam bidang
semantik. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan
makna atau struktur makna.
3.2 Saran
Kesalahan berbahasa merupakan bagian yang
integral dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua. Kesalahan itu
bukan untuk dihindari atau dicaci maki melainkan sesuatu yang harus dipelajari.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah parameter atau alat ukur
kesalahan berbahasa. Penggunaan bahasa Indonesia di luar parameter tersebut
adalah bentuk kesalahan berbahasa. Dengan analisis kesalahanberbahasa, hal itu
dapat diketahui.
Hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi dan
meningkatkan keberhasilan anak dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa
Indonesia. Kesalahan berbahasa dapat dijadikan umpan balik bagi pengajaran
bahasa, pemerolehan bahasa, sikap kedwibahasaan, interferensi dan
kesalahan-kesalahan berbahasa apabila analisis kesalahan berbahasa itu
dilaksanakan.
Komentar
Posting Komentar